Thursday, December 4, 2014

Asuransi, antara yang dibenci dan yang dicintai..

Tahukah Anda, berdasarkan Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 2013, diketahui hanya 18 dari 100 penduduk yang paham manfaat asuransi, alias baru 17,84% saja. Rendah sekali ya
Lebih mengkhawatirkan, hanya 12 dari 100 penduduk yang menggunakan produk dan jasa asuransi, alias baru 11,81% saja. Itu semua dari total 240 juta jiwa masyarakat Indonesia (per 2013) yang merupakan pasar potensial bagi industri asuransi.
Perayaan Hari Asuransi yang dirayakan setiap 18 Oktober memiliki tujuan utama: Meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat terkait pentingnya asuransi. Sebuah semangat tidak kenal lelah untuk terus meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya memiliki asuransi kepada masyarakat Indonesia…
Di tahun ini, Hari Asuransi atawa Insurance Day bertemakan; Generasi Cerdas Berasuransi.
Asuransi, antara yang dibenci dan yang dicintai…
Artikel kali ini tidak membahas mengenai produk dan jasa asuransi, namun lebih membahas kepada: Mengapa angka pemahaman dan kesadaran berasuransi masih sedemikian rendah di Indonesia?!
Apakah karena, daya beli masyarakat terlalu rendah?


Dikatakan daya beli masyarakat terlalu rendah, saya rasa tidak. Berdasarkan survei terkait, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia mencapai 8% per tahun. Saat ini saja ada 25 juta orang masyarakat kelas menengah di Indonesia.
Siapakah masyarakat kelas menengah ini? Mereka yang umumnya digambarkan seperti ini:Memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap / diatas rata – rataMemiliki kediaman pribadi / mengontrakMemiliki kendaraan pribadiDapat menyekolahkan anakMemiliki peralatan elektronik (TV, Kulkas, AC, Gadget)Mampu berbelanja secara rutinMampu berlibur minimal setahun sekali;Mampu memiliki cicilan konsumtifMampu mempekerjakan orang lain dan; Mampu membiayai kehidupan orang tua.
Minimal 5 dari 10 kriteria dapat Anda penuhi? Jika Ya, SELAMAT, Anda termasuk kelas menengah Indonesia, lho!
Kelas menengah ini umumnya (sudah mulai) cukup mandiri secara finansial, mampu beli dan bayar ini-itu, meskipun hal tersebut mungkin sebenarnya pas-pas’an, beberapa terpaksa berhutang, gali lubang tutup lubang.
Hebatnya, mereka bahkan mampu membiayai kebutuhan hidup anak, diri sendiri dan pasangan serta bahkan orang tua mereka. Tiga pos keluarga sekaligus. Dahsyat! Namun dibalik kedigdayaannya, mereka jualah yang menanggung risiko kehidupan terbesar dalam struktur keluarga tersebut.
Jika saja sebagai tulang punggung keluarga mereka terkena risiko kehidupan (sakit, cacat tubuh dan/ lalu meninggal) sehingga mengakibatkan arus pendapatan utama keluarga terhenti, maka seketika itu juga hilanglah predikat Kelas Menengah seiring hilangnya kemampuan finansial keluarga yang ditinggalkan. Tragis.
Produk dan jasa asuransi “bertugas” mengendalikan risiko melalui pengalihan risiko dari satu pihak ke pihak lain, dalam hal ini perusahaan asuransi.
Sederhananya: Asuransi merupakan payung yang Anda bawa pada saat hari cerah untuk melindungi dari risiko mendadak hujan atau terkena terik matahari langsung.
Kan tidak mungkin saat terjebak hujan deras Anda baru sibuk membeli payung. Bahkan tukang payung pun sudah keburu tutup toko.
Lalu… Apakah karena jalur distribusi / tenaga penjual yang terbatas?
Dikatakan tenaga penjual yang terbatas, saya rasa tidak. Survei terkait mengatakan jumlah agen asuransi (jiwa dan umum) mencapai 435.605 agen.
Ya mosok’, tidak ada tetangga, saudara, teman / sahabat Anda yang merupakan agen asuransi atau tidak pernah di telepon agen telemarketing asuransi, sih?! Pasti ada kan?!
Umumnya orang akan didatangi / dihubungi agen asuransi (jiwa). Mereka dijelaskan manfaat dasar, manfaat tambahan dan manfaat hasil investasinya jika memiliki produk atau jasa asuransi. Penjelasan terkadang to the point, terkadang bertele-tele, sampai mulut sang agen berbusa-busa.
Hmm… Apakah karena hal lainnya?
Asuransi masih dianggap “pos pengeluaran” sehingga terkesan membebani keuangan keluarga.Benci untuk keluar uang. Secara teknis, seseorang yang membeli asuransi membayarkan sejumlah premi secara berkala atau tahunan untuk sebuah kontrak pertanggungan atas risiko yang mungkin timbul, dimana tidak diketahui kapan tepatnya risiko itu datang.
Jika tertanggung masih muda dan sehat atau setelah sekian lama tidak pernah terkena risiko (misal: sakit), umumnya ada perasaan rugi harus terus menerus membayar asuransi.
Kalau nyicil barang-kan jelas ada benda-nya, Pane. Lha ini, asuransi, gue harus bayar terus, tau rasanya (manfaatnya) juga ngga!”, itu salah satu tanggapan salah seorang kerabat saat saya menyarankan untuk mempertahankan asuransi yang sudah Ia miliki. Tekad Ia bulat, itulah bulan terakhir Ia membayar asuransi miliknya.
Kurang dari dua puluh hari dari percakapan tersebut, Ia masuk rumah sakit, hanya terkena sakit ringan. Klaim diajukan dan tidak ada biaya dari kantungnya keluar sepeser pun untuk pengobatan tersebut. Sontak, tekad Ia bulat, itulah bulan terakhir Ia membayar asuransi miliknya dengan cara transfer. Kami selalu tertawa jika mengingat perubahan perilaku tersebut. Hahaha…
Selanjutnya Ia memilih auto-debet karena takut polis asuransinya “mati”. Saya menangkap pesan bahwa kini Ia lebih nyaman membayar premi (keluar uang) karena telah merasakan manfaatnya berasuransi. Sementara itu saya jadi lebih sering termangu, apakah semua orang baru cerdas (mau) berasuransi setelah kejedot ya?
Tengah tahun ini pun saya sewot bukan kepalang karena asuransi jiwa – term life saya gagal debit untuk pembayaran tahun kedua. Tidak hanya sang agen, tapi perusahaan asuransi dan bank penerbit kartu kredit pun saya kejar – kejar selama 5 hari lamanya, hanya memastikan polis saya tetap aktif.
Risiko tidak tahu kapan terjadi, yang saya khawatirkan jika risiko itu datang dan saya (kita) lalai persiapan, apalah jadinya keluarga kecil yang saya (Anda) cintai?!
Selamat Hari Asuransi, 18 Oktober 2014. Selamat Berasuransi.
Disklaim: Artikel ini ditulis dalam rangka merayakan Hari Asuransi 2014 di Indonesia. Meskipun penulis adalah staf dari sebuah perusahaan asuransi di Indonesia, tulisan ini adalah mewakili pandangan, pemikiran dan pendapat pribadi berdasarkan pemahaman, pengetahuan dan pengalaman pribadi penulis.

0 komentar:

Post a Comment

 
blog search engine

Marketing Blogs

Blog Directory & Business Pages at OnToplist.com
Marketing & SEO - Top Blogs Philippines
Philippines Blog Directory
Blog Directory
Filipino & Pinoy Blogs
Blog Directory
Marketing / SEO
Top Blogs
blog search directory Directory for Aberdeen, Aberdeenshire